PENINGKATAN IDENTITAS DIRI REMAJA MELALUI TERAPI KELOMPOK TERAPEUTIK

Pelaksanaan Terapi Kelompok Terapeutik Pada Remaja Di SMP Negeri 3 Kerinci 

Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa yang mengalami perkembangan mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan emosional. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi yang melonjak sedangkan pengendalian diri belum sempurna (Uhariya, 2018). Masa remaja merupakan masa yang krusial dalam kehidupan. Saat itulah kebiasaan hidup terbentuk, fondasi kesehatan dan kesejahteraan seumur hidup dibangun (WHO, 2023).

Tugas perkembangan pada masa remaja adalah pencarian identitas diri dan menghindari kebingungan peran. Sebagaimana disampaikan oleh Erikson bahwa tugas perkembangan yang amat penting dan paling sentral bagi remaja adalah pembentukan identitias diri (Bahari, 2010). Teori perkembangan psikososial oleh Erikson menyatakan bahwa terdapat delapan tahapan perkembangan dimana pada usia remaja 12-18 tahun remaja mengalami tahapan perkembangan yang disebut identity vs role confusion (Muafiah, 2019).

Proses pencarian dan pembentukan identitas diri yang dialami oleh remaja ada yang pencapaiannya baik, namun ada juga yang berjalan kurang baik (Hidayah & Huriati, 2016). Ciri pencapaian identitas diri yang baik adalah merasakan suatu perasaan tentang identitasnya sendiri seperti menilai diri secara objektif, menyadari ciri khas yang melekat pada dirinya (kesukaan dan ketidaksukaannya), merancang tujuan masa depan, kemampuan mengambil keputusan dan mengontrol kehidupannya sendiri serta persiapan peran di tengah masyarakat (Astutik et al, 2019). 

Identitas diri yang baik membuat remaja menjadi remaja yang berprestasi, remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Remaja banyak yang berprestasi di dalam negeri, dan ada juga yang mampu mengukir prestasi hingga ke tingkat dunia (Himatemia, 2018). Prestasi remaja Indonesia antara lain seperti pelajar asal Jakarta berusia 17 tahun yang baru-baru ini meraih medali emas International Physic Olwmpiad (IphO) tahun 2022 di Zurich, Swiss, ada juga pelajar berusia 16 tahun dari kota Tasikmalaya meraih medali perunggu dalam Chuncheon Korea Open International Taekwondo Championships di Korea, kemudian ada siswi Madrasah Aliah juara kedua kompetisi seni International Science Without Border Challenge 2022 (Friska, 2022). 

Namun bila identitas diri tidak terpenuhi dan tidak mampu menyelesaikan tugas perkembangannya akan mengalami kebingungan peran (Hardayani & Keliat, 2022). Pencapaian identitas diri yang rendah bisa menghasilkan kenakalan dan penyimpangan perilaku pada remaja (Pertiwi et al., 2020). Jenis penyimpangan perilaku lainnya pada remaja antara lain seks bebas, prostitusi, perjudian, dan penyalahgunaan obat dan konsumsi alkohol yang tinggi ditemukan pada remaja dengan status identitas rendah (difusi), dan moratorium (Zakiyah et al, 2020).

Dampak kenakalan remaja diatas dapat menimbulkan masalah resiko gangguan jiwa pada remaja seperti gangguan jiwa skizofrenia dan psikosis serta depresi pada remaja. Laporan Riskesdas 2018 menyatakan bahwa terdapat 6,7% prevalensi rumah tangga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia dan psikosis, serta 6,2% prevalensi anggota keluarga berusia 15-24 tahun yang mengalami depresi  (Kemenkes RI, 2018). 

Diperlukan upaya untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan jiwa pada remaja khususnya untuk meningkatkan perkembangan psikososial pada remaja yaitu mencapai identitas diri (Hardayati & Keliat., 2022). Remaja cenderung berhubungan erat dengan teman sebaya, karena senang mencari pengalaman di luar keluarga untuk mengeksplorasi pengembangan identitas diri (Hasanah, 2017), sehingga upaya menangani masalah perkembangan identitas diri yang dihadapi remaja yang sangat tepat dipilih adalah dengan pendekatan terapi kelompok (Daulay et al., 2021).

Untuk membantu remaja dalam memenuhi kebutuhannya secara positif dalam pembentukan identitas dirinya sehingga pendekatan terapi kelompok terapeutik dipilih menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan. Terapi Kelompok Terapeutik (TKT) merupakan pilihan ideal dan penting bagi kelompok umur remaja (Hasanah, 2017). Mereka menjadi mampu belajar antar satu sama lain sesuai perkembangan mereka, dapat membantu remaja dalam memenuhi kebutuhannya secara positif, bermakna bagi kelompok sebaya dan pembentukan identitas diri (Daulay et al., 2021).

Prinsip kerja dari terapi kelompok terapeutik pada remaja adalah dengan melakukan stimulus terhadap respon individu yang terdiri dari aspek motorik, kognitif, emosi, kepribadian, moral, spiritual dan psikososial untuk mencapai kemampuan individu (personal ability) sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dimiliki oleh remaja (Hardayati dan Keliat., 2022). Terapi kelompok terapeutik terbukti berpengaruh dalam membentuk perasaan remaja kepada diri mereka sendiri, sehingga dapat membuat remaja dapat mengukur kemampuan diri mereka dan membentuk identitas diri (Hasanah, 2017). 

Pelaksaksanaan terapi kelompok pada remaja dilakukan di SMP Negeri 3 Kerinci menunjukkan adanya perubahan status status identitas diri dari cukup aktif menjadi aktif. Ditandai dengan peningkatan dan perubahan dari semua aspek – aspek perkembangan baik biologis, psikoseksual, moral, spiritual, kognitif, bahasa, psikososial, emosi, bakat, dan kreativitas, sehingga dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan perkembangan identitas remaja. 

Melaui pemberian terapi kelokpok terapeutik, reponden dilatih untuk menyesuiakan diri terhadap perubahan pada masa remaja. Latihan tersebut agar remaja mampu mencapai tugas perkembangannya. Aspek perkembangan diri yang di latih selama yaitu biologi, psikoseksual, kognitif, bahasa, moral, spiritual, emosional, psikososial, aspek bakat dan kreatfitas. Selama kegiatan terapi kelompok terapeutik, masing-masing aspek di latih sedemikian rupa yang berpedoman kepada buku kerja dan buku evaluasi yang tersedia.

Perubahan aspek biologis yang terjadi pada remaja berupa perubahan fisik, sudah mengalami menstruasi pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-laki. Stimulasi aspek perkembangan biologis yang dapat di berikan kepada remaja teritergrasi dengan kegiatan sehari hari remaja.  Stimulasi yang diberikan guna mendorong remaja untuk hidup sehat, menjaga kebersihan dan kesehatan badan, olah raga dengan teratur, langsung mengkonsumsi obat jika sakit, konsumsi makanan yang baik dan bergizi sehingga dapat berpengaruh pada pertumbungan perkembangan fisik/bilogis remaja. 

Perkembangan pada aspek psikoseksual yaitu timbul ketertarikan terhadap lawan jenis dan fantasi/khayalan seksual meningkat telah dicapai oleh seluruh remaja. Pada perkembangan psikoseksual, remaja di ajarkan berprilaku sesuai dengan jenis kelaminnya, karena hal ini dapat mempengaruh keyakinan remaja terhadap identitas dirinya.

Perkembangan kognitif remaja mengalami peningkatan setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik, ditandai dengan remaja mampu menghubungkan ide, konsep atau pemikiran, mempu menganalisa, menyelesaikan masalah yang dihadapi, perkembangan kognitif semakain sempurna di antaranya dengan kemapuan remaja berpikir abstrak dan melakukan analisis. Pencapaian perkembangan kognitif juga di pengaruhi oleh interaksi remaja dengan lingkungan yang semakin luas. Hal tersebut menstimulasi pola pikir remaja sehingga mampu merencanakan tujuannya di masa depan.

Hampir seluruh remaja mengalami kemajuan dalam aspek bahasa, hal ini ditandai dengan kemapuan remaja dan memahami dan mencerna istilah atau kosa kata baru, remaja mengungkapkan dalam kesehariannya memiliki istilah tersendiri, bahasa gaul dan kode yang hanya bias dipahami oleh kelompok sebayanya masing-masing. Aspek perkembangan selanjutnya yang harus dicapai oleh remaja yaitu aspek moral dan spiritual. Remaja mengatakan telah mendapatkan pendidikan moral dan spiritual baik pada jenjang formal maupun informal. Nilai-nilai dan norma menjadi pedoman dalam mengendalikan diri remaja. Salah satu dorongan pada diri remaja yaitu dorongan terkait emosi. Perangkat nilai serta sitem etik merupakan pedoman dalam berperilaku. Nilai-nilai dan norma tersebut selanjutnya dijadikan pedoman dalam mengendalikan gejolak yang ada dalam diri remaja terkait emosi.

Aspek perkembangan identitas diri selanjutnya yang harus dicapai oleh remaja yaitu aspek perkembangan bakat dan kreativitas. Setelah diberikan terapi, masing-masing remaja mempu mengenali dan berkomitmen melatih bakat serta kreativitas yang dimiliki. Remaja ada yang memiliki bakat melukis, menyanyi, bela diri, mengaji, menghafal Al-Qur’an dan remaja mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya melalui kegiatan-kegiatan latihan rutin. Stimulasi aspek bakat dan kreatifitas membutuhkan latihan, proses yang panjang dan intens agar remaja mampu menguasai bakat yang dimiliki secara optimal yang akan menjadi bagian identitas yang unik dan mudah dikenali orang lain

Hasil diatas merupakan penelitian yang dilakukan oleh Sandra Cassia Amanda mahasiswa Program Magister Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, saran dan dukungan dari dosen-dosen pembimbing dan penguji yaitu Ibu Dr. Ns. Meri Naherta, M.Biomed selaku ketua sidang, Ibu Dr. Ns. Dewi Eka Putri, M.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing utama, Bapak Ns. Feri Fernandes, M.Kep., Sp.Kep.J selaku pembimbing pendambing, Ibu Dr. Rika Sabri, M.Kes., Sp.Kep.Kom, Ibu Ns. Basmanelly, M.Kep., Sp.Kep.J, Ibu Renidayati, SKp., M.Kep., Sp.Jiwa, selaku penguji.

Terapi kelompok tearapeutik melatih stimulasi tingkat perkembangan biologis, psikoseksual, moral, spiritual, kognitif, bahasa, psikososial, emosi, bakat, dan kreativitas, sehingga dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan perkembangan identitas remaja. Terjadinya peningkatan status identitas diri karena remaja di ajarkan untuk memahami dan berusaha mencapai tugas perkembangan nya. Pemahan seluruh dimensi perkembangan melalui terapi kelompok terapeutik secara eksplorasi yeng mendalam terhadap kemampuan dan kelemahan diri membuat remaja menyadari akan seluruh aspek yang ada pada dirinya.


Penulis: Ns. Sandra Cassia Amanda, M.Kep (Mahasiswa Magister Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Andalas)

Post a Comment

أحدث أقدم